Minggu, 16 Agustus 2009

Momentum Berharga Itu Bernama "RAMADHAN"


Bismillahirrahmanirrahim

Waktu! eksistensi dan esensinya begitu penting. Ia datang begitu saja dan berlalu begitu saja, ia memberi kesempatan lalu mengambilnya kembali, kemudian memberinya lagi dan mengambilnya lagi, hingga jatah itu selesai dengan sendirinya bagi setiap orang, setiap generasi ataupun setiap zaman yang telah ditetapkan jatahnya. Kini delik waktu itu terus berputar, dan atas kehendak-Nya kita masih berkesempatan untuk menikmatinya, tak peduli dengan cara apa dan bagaimana kita menikmatinya. Walau ia telah mengingatkan kita untuk mengisi setiap kesempatan itu dengan hal-hal yang bermanfaat bagi diri kita, orang lain dan bagi Pemilik waktu itu sendiri. Fisik, akal dan hati, dianggap sudahlah cukup sebagai bekal untuk menjalaninya. Namun tak banyak yang memanfaatkannya secara maksimal. Namun Dia yang Maha Penyayang dan Maha Bijaksana senantiasa memberikan momentum-momentum berharga yang mengkondisikan diri kita untuk kembali memutabaah diri (mengevaluasi diri), mentarbiyah diri (melatih diri) dan menuntun diri ini menunju cahayaNya dan menjadi seorang Insya Kamil. Insyan, yang didambakan dan dibanggakan oleh siapapun termasuk Allah SWT. Sebagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat ra telah menjalani dan memberikan keteladanan atas hal itu. Salah satu momentum terbaik itu adalah Ramadhan.

Iya... dialah Ramadhan, momentum terbaik itu, momentum yang belum tentu datang untuk kedua kalinya. Kita tak pernah tahu, apakah momentum ini adalah kesempatan yang keberapa kalinya buat kita, atau ini adalah momentum yang terakhir bagi kita..?? semuanya dalam rahasia-Nya, sebuah hijab kegaiban yang menuntut kita untuk senantiasa mawas diri, dan tidak leha dengan setiap kesempatan yang diberikan.

Ramadhan, kini ia akan hadir menghampiri kita, memberikan kesempatan buat kita, kesempatan yang menguntungkan siapa saja yang mau berdagang amal dan pahala dengan Allah SWT. Perdagangan yang hanya dapat dilakoni oleh orang-orang yang masih memiliki akal pikiran dan hati yang orisinil (fitrah) tentang esensi hidupnya. Sebab hidup bukanlah akumulasi dari umur saja (kwantitatif) tetapi eksistensi karya dan prestasi yang telah dikiaskan dalam setiapp unit waktu tersebut.

Ibaratnya, umur adalah tubuh ini, sedangkan amal/karya/prestasi adalah jiwa ini. Jiwa yang menjadikan tubuh ini berguna dan memiliki nilai.

Ramadhan... kalau kita mau berandai-andai, maka ramadhan kali ini bisa merupakan kesempatan untuk mengukuhkan lagi kapasistas dan integritas diri kita sebagai seorang muslim. Yang dengan itu, kita bisa lebih banyak berkarya atau beramal dalam ranah keimanan kepada orang banyak dan lingkungan disekitar kita tanya mengenyampingkan penghambaan dan peribadatan kita kepada Allah SWT pada kesempatan berikutnya. Ini adalah sebuah perandaikan jika kita masih diberikan kesempatan untuk berkarya untuk waktu berikutnya.

Akan tetapi, perandaian berikut adalah: jangan sampai Ramadhan kali ini adalah momentum terakhir bagi kita. Kesempatan yang tak lagi diberikan untuk kedua kalinya. Kesempatan puncak yang menentukan dan mendebarkan. Kesempatan yang tidak mungkin dilewatkan oleh siapa saja yang memahaminya. Sebab ia akan menjadi orang yang merugi dan akan menyesali dengan sangat atas kelalaiannya itu. Maka tidak boleh tidak, ramadhan kali ini adalah momentum penyerahan diri sepenuhnya. Momentum penyucian diri yang sebersih-bersihnya dari segala kasat noda nosa yang bertenger dalam umuran diri dan hidup kita. Momentum untuk kembali menghamba dan mengiba, mengharap rahmah dan kasih sayangnya. Dan sesungguhnya perandaian kedua inilah sebaik-baiknya perandaian.

Untuk itulah, Rasulullah SAW senantiasa mengingatkan kita, untuk menjadikan kematian sebagai pengingat buat kita dalam menjalani hidup ini.
Rasulullah SAW mengingatkan kita dalam sebuah sabdanya:
"Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat"...
Iya... nasehat yang menjadikan diri kita untuk serius. Serius dalam ketakukan maupun dalam kerinduan. Takut dengan siksanya yang maha dasyat melebihi penderitaan dan rasa sakit apapun di dunia ini. Dan Kerinduan... Kerinduan yang melebihi kerinduan orang tua kepada anaknya yang lama tidak berjumpa, kerinduan seseorang kepada pacarnya yang ingin senantiasa bersama tanpa perpisahan.. dan melebihi dari kerinduan apapun. Itulah kerinduan seorang Insyan Kamil yang senantiasa mendamba Muhabahnya. Muhabah yang hanya dapat diraih oleh orang-orang yang memiliki itikad dan tekad yang kuat menjalani dan memenuhi semua hasrat dan keinginan dari pemilik dan pemberi Cinta sejati itu sendiri.

Maka tak ada yang lebih baik dan .. bagi kita untuk menyambutnya, selain menyambutnya dengan bahagia dan was-was. Moga kita diberikan kesempatan untuk mencumbuinya. Dan sendini mungkin, kita telah menyiapkan diri ini dengan sebaik-baiknya persiapan dalam menyambutnya. Maka tidak ada kesiapan yang lebih baik, selain kesiapan untuk menumbuhkan kesadaran dan kesungguhan untuk menyambutnya.
Maka Akal, hati dan fisik ini adalah tools yang baik untuk menumbuhkan hal tersebut. Cara terbaiknya adalah dengan membaca sebanyak-banyaknya referensi yang berkaitan dengan prosesi penyambutan dan pelaksanaanya. Baik dari sumber utamanya Alqur'an dan Hadist ataupun sumber sekunder lainnya, yaitu buku-buku para ulama, cendikia, dan lainnya yang telah banyak mendalami dan menjalaninya dengan sungguh-sungguh, serta telah memetik dan menikmati buahnya. Selain itu, upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah wajib maupun sunah sejak dini merupakan pra training terbaik dalam mengukuhkan kualitas keimanan kita kepada Allah SWT untuk menyambut ramadhan kali ini. Sehingga, diri ini akan lebih terbisa dan tidak lagi kaku dalam menjalaninya. Selain itu, juga memperbaharui sikap dan perilaku kita atas diri kita sendiri maupun orang sejak kini adalah preparasi awal yang baik menyambut ramadhan ramadhan yang disucikan. Bulan dimana Al Qur'an diturunkan, Bulan dimana terdapat malam yang lebih mulia dari seribu bulan, bulan dihapuskannya segala dosa, dijauhkan dari api negara, dan bulan penuh rahmat. Serta bulan dimana banyak peristiwa-peristiwa besar, terjadi didalamnya.

Semuanya merupakan prosesi untuk membentuk kesadaran dan kesungguhan dalam diri kita dengan penguatan pengetahuan, keimanan, dan kepekaan sosial kita.

Oh Ramadhan...
Datanglah dengan ramah dan menyenangkan hati...
Ya Allah....
Berilah ku kesempatan untuk mencumbuinya, kukuhkanlah keimanan dalam diri ini yang sekukuh-kukuhnya... yang tidak akan runtuh dan leha dengan panggilan dunia yang fana ini. Izinkanlah ku meraih muhabbahmu lewat sujudku yang panjang, bacaanku yang baik, benar dan dalam, permberianku yang baik dan bermanfaat, dan keteguhanku menjalaninya... walau aku harus merangkak...
Oh Allah... Tuntunlah hambaMu ini... hujamkan Hamasah beribadah kepadamu dalam hati dan diri ini.. sedalam-dalamnya... Demikian juga kaum Muslimin, penerus utusanMu Muhammad SAW yang dimuliakan. Amin. Wallahu a'lam bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Pengunjung