Selasa, 02 Maret 2010

Ketika Kita Baru Harus Menanam


Bismillahirrahmanirrahim

Dalam sebuah dialog kecil, ada seorang mahasiswa yang mengungkapkan keinginannya untuk pindah di kampusnya yang sekarang ke kampus yang lebih besar. Alasannya karena dikampusnya yang sekarang tidak memperlihatkan atmostif akademik dan kemahasiswaan yang kondusif yang memungkinkan potensi dirinya bisa berkembang....
Saat itu,yang kuingatkan ke dia bahwa mapan atau tidaknya suatu lingkungan, kitalah yang memiliki tanggungjawab untuk menumbukannya. Sebab banyak dari kita yang hanya ingin menikmati kemapangan dan kejayaan yang telah diciptakan orang lain, sementara kita tidak pernah memiliki pandangan dan hasrat untuk menjadi pelopor, peletak dasar sebuah kejayaan itu. analoginya adalah kita hanya ingin menikmati istana yang telah dibangun orang lain dan tidak mau membangun istana sendiri dari sebuah gubuk kecil. Menjadi pelopor lebih baik daripada seorang penikmat, tak peduli dia berada pada kondisi yang mapan ataupun menantang. Bahkan, adalah sebuah sejarah besar apabila kita mampu memberikan spirit dan inspirasi bagi orang-orang disekitar kita untuk membangun sebuah intana peradaban walau dimulai dari sebuah gubuk.
Sejak itulah, aku melihat semangat pemuda itu begitu besar, setiap hari terus ke kampus, berdiskusi, ke perpustakaan meminjam buku untuk dibaca, menulis berbagai artikel kemudian ditempelkan ke Mading mereka yang kecil yang sederhana. Kelihatnnya anak muda itu telah menemukan jalannya, bahwa tempat bukanlah sebuah ukuran, namun karya dan prestasilah ukuran sebenarnya.
Mungkin pengalaman di atas hanyalah secarik peristiwa kecil yang banyak dialami oleh banyak kalangan dan anak bangsa saat ini. Dinama, mereka selalu mencari-cari waktu dan tempat untuk berprestasi dan berkarya, padahal waktu terlalu singkat untuk menunggu-nunggu dan mencocok-cocokkan kondisi dan lokasi. Esensi sebenarnya dari sebuah karya adalah dimana dan kapanpun kita harus mampu memberi sesuatu. Apakah itu ide, motivasi, kontribusi dan lainnya.
Jikalau ladang itu masih gersang dan kosong, maka kita memiliki tanggungjawab yang untuk memberikan kesuburan dan menyemai benih-benih yang dimungkinkan tumbuh nanti. Walaupun hasilnya belum tentu kita petik. Akan tetapi, setiap kepeloporan yang telah kita retas adalah sebuah karya besar yang mencerahkan dan memudahkan kehidupan generasi berikutnya. Maka sejarah tak akan pernah lupa mencatata dan mensosialisasikan namamua walau engkau sendiri tak pernah mengharapkannya, karena engkau hanya berorientasi pada karya dan prestasi apalagi total hanya untuk beribadah kepada Allah SWT semata.
Kitapun menyadari bahwa memulai sesuatu yang belum pernah dimulai adalah suatu tantangan yang luar biasa dibandingkan orang yang tinggal melanjutkan tongkat ekstafet. Namun demikianlah mereka yang berjiwa besar dan berpikir besar, yang senantiasa melihat bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, setiap kesusahan pasti ada kemudahan. Maka manfaatkan setiap momentum yang kita miliki untuk berkarya kapan dan dimanapun kita berada, maka kita telah membuka tabir gelap dengan cahaya yang memberikan petunjuk bagi generasi berikutnya. Wallah a'lam bishowab

Daftar Pengunjung