Kamis, 04 Februari 2010

Menata Diri Dalam Perjuangan Maknawi


ismillahirrahmanirrahim

Perjuangan selalu berkorelasi lurus dengan ungkapan pengorbanan. Pengorbanan adalah suatu prestasi tertinggi dalam perjuangan itu sendiri. namun pengorbanan jangan diindikasikan penyerahan diri secara mentah-mentah tanpa daya upaya maksimal untuk melahirkan prestasi terbaik dalam perjuangan. Suatu prestasi hanya bisa dilahirkan, apabila kita benar-benar memiki kapasitas akan hal itu. Kita memiliki energi yang mampu menopang kualitas perjuangan kita.
perjuangan dalam konteks ini bisa ditafsirkan sebagai suatu upaya untuk mendapatkan apa saja yang dianggap ideal dalam hidup ini selama dalam koridor yang fair. Namun susungguhnya dalam perjuangan apapun, tiada modal yang paling utama dan pertama yang perlu kita persiapkan dan kita asah, melainkan diri kita sendiri. Setajam apapun pedang yang kita gunakan, seruncing gimanapun tombak yang kita pakai, tak berarti apa-apa ketika diri ini tidak terampir, tidak memiliki sejumlah strategi, tidak memiliki semangat dan gelora dalam perjuangan. Diri kita merupakan kunci akan keberhasilan sebuah perjuangan. Akan tetapi, dalam konteks ini penulis tidak bermasud mengindikasikan perjuangan itu sepenuhnya dengan sebuah peperangan. Akan tetapi, tiap kita pasti berada pada posisi yang beragam, ada yang berkapasitas sebagai pegawai, nelayan, mahasiswa, pedagang, pimpinan dan berbagai status sosial lainnya yang melekat dengan aktivitas kita. Maka sesungguhnya kita semua sedang berada dalam sebuah medan perjuangan dalam meniti dan merajut hakikat hidup yang didamba dengan sarana berbagai status sosial tadi. Kesejatian hidup adalah impian perjuangan kita, yang selalu saja kita coba kongkritkan dalam ukuran angka rupiah, atau jabatan, atau populeritas, kekayaan, dan berbagai ukuran materialistis lainnya. Namun ukuran-ukuran itu nyatanya tidak dapat mewakili eksistensi kesejatian hidup yang didamba dan dikejar.
Perjuangan dalam meniti sebuah kesejatian hidup, membutuhkan suatu kesiapan diri yang matang, kokoh dan terpelihara. Maka setiap jejak langkah perjuangan itu akan mampu dinikmati. Disinilah suatu proses penataan diri kita butuhkan. Merakit berbagai potensi yang berserakan dan tak termaksimalkan, merumuskan dan merintis jalan baru yang lebih tepat dan cepat. Menuntun gelora pikiran kita, rasa dan raga kita untuk dalam sebuah jalan hidup yang lebih baik.
Menata diri adalah fondasi dalam mengarungi samudra kehidupan yang sarat dengan gelombang. Menata diri adalah proses dimana kita mencoba menilik setiap potensi yang terpendam dalam diri kita. Potensi yang mampu melahirkan berbagai prestasi dipanggung perjuangan, dan potensi yang berpeluang menghancurkan prestasi hidup kita. Potensi pertama disebut potensi yang positif dan potensi kedua adalah bergelar potensi yang negatif. Maka peliharalah potensi pertama melalui pola pikir kita, menyatu dalam rasa dan hati kita... dan kongkritkan dalam setiap karya nyata kita secara berkelanjutan dan merangkat naik setiap saat. Dan jangan sekali-kali memberikan ruang bagi potensi kedua untuk hadir dalam pikiran kita, menyatu dengan rasa kita... apalagi mewujudkannya secara faktual dalam hidup kita. Maka yang ada hanyalah sebuah kehampaan.
Hitunglah potensi positif yang kita miliki, tilikkan peluang yang tersedia untuk mengembangkannya pada setiap saat dan di setiap tempat.. dan jadikan ia sahabat dalam setiap karya mu yang senantiasa memberikan inspirasi kepada mu, namun kontrollah.. jangan sampai ia tercemar dengan noda keburukan dan kenistaan yang berserakan disetiap sisi jejak langkah kita, yang menjadikan perjuangan makanawipun sia-sia. Wallahu a'lam bisshowab

Gorontalo, 16 September 2008
16 Ramadhan 1429 Hijriah
Salam Pembaharuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Pengunjung